Informasi dari BPBD setempat, beberapa warga sempat keluar rumah karena panik terhadap goncangan gempa yang terjadi dengan durasi sekitar 3 - 6 detik.
Menurut Andrean Simanjuntak, yang juga seismologist BMKG, gempa Tarutung pada kedalaman yang dangkal yaitu 10 kilometer, sehingga bisa dikaitkan dengan aktivitas tektonik dari patahan aktif di Provinsi Sumatera Utara yaitu patahan Toru.
Baca Juga:
Sambut Masa Tenang Pilkada Jakarta, KPU Jakbar Gelar Panggung Hiburan Rakyat
Dari hasil analisa BMKG, gempa Tarutung dimaksud memiliki mekanisme patahan geser dengan arah menganan (dekstral) yang umumnya terjadi di sepanjang patahan Sumatera.
Distribusi gempa bumi pada wilayah Tarutung umumnya didominasi oleh gempa-gempa dangkal dari patahan aktif Toru dan Renun yang aktif bergerak tiap tahunnya dengan laju geser 1 - 2 cm per tahun.
Secara tektonik, patahan Toru terbentuk dari proses subduksi yang terjadi pada pantai barat Sumatera yang menghasilkan sistem patahan dengan dominan bergerak arah menganan atau Barat Laut - Tenggara.
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
Pada sistem tektonik Sumatera, gempa bumi di Tarutung merupakan tipe gempa crustal, yang berasal dari aktivitas tektonik di kerak bumi pada lempeng Eurasia.
Dalam beberapa kasus, aktivitas gempa crustal memiliki potensi untuk mempengaruhi seismisitas pada patahan aktif terdekat yang tersegmentasi di sepanjang daratan Sumatera.
Andrean menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir dan panik dalam menanggapi informasi yang tidak benar dan berlebihan.