WahanaNews-Karing | PT PLN (Persero) mengatur tiga skenario dalam upaya melakukan transisi energi, yang salah satunya adalah beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan secara bertahap.
Hal itu disampaikan Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN Kamia Handayani di Jakarta, Senin (22/5/2023).
Baca Juga:
Mahkamah Konstitusi Terima 206 Permohonan Sengketa Pilkada Kabupaten hingga Provinsi
“Untuk mengurangi emisi, PLN membangun skenario transisi energi tidak hanya fokus pada satu skenario tetapi kami membuka tiga skenario,” ujar Kamia Handayani.
Menurut Kamia, skenario pertama terkait dengan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Meski demikian, PLN tidak akan langsung bertransisi dari energi fosil ke EBT secara menyeluruh, melainkan secara bertahap.
“PLN terus memantau perkembangan teknologi yang bisa diterapkan oleh perusahaan dalam upaya bertransisi energi,” ucap Kamia.
Baca Juga:
ASDP Gandeng Bank Indonesia Perkuat Distribusi Uang Rupiah hingga ke Pelosok Negeri
Skenario kedua, lanjut dia, terkait pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dimana PLN memang berencana menutup PLTU, namun Kamia menggarisbawahi bahwa rencana tersebut tidak diterapkan ke seluruh PLTU milik PLN.
“Tidak semua PLTU kami pensiunkan. Ada yang kami pertahankan tetapi disertai dengan teknologi co-firing, amonia, CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage), dan gas. Pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) juga tidak akan dipensiunkan seluruhnya, tetapi juga menerapkan co-firing dengan hidrogen,” jelasnya.
Lebih jauh Kamia juga menyampaikan bahwa PLN lebih berfokus pada peralihan dari power generation menuju low carbon power dalam upaya bertransformasi ke energi hijau
Untuk skenario terakhir menurut Kamia, PLN akan mengupayakan pengurangan emisi dari pembangkit fosil dengan mengutilisasi energi primer yang ada di Indonesia.
“Apalagi Indonesia memiliki sumber daya energi yang beragam yang bisa dioptimalkan untuk mendiversifikasi energi. Sementara PLN sendiri membuka peluang untuk mengutilisasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN),” sebutnya.
Menurut Kamia ketiga skenario tersebut, merupakan cara PLN untuk beradaptasi dengan transisi energi namun tetap terbuka dengan opsi-opsi yang ada.
“Kami membuka skenario tergantung teknologi apa yang lebih menonjol, lebih murah, dan lebih fleksibel. Itu yang akan kami ambil kesempatannya. Jadi, kami tidak bertransisi dari fosil langsung ke EBT, tetapi kami bertransisi dulu dengan melihat teknologi yang efektif,” pungkas Kamia. [gbe]